Seringkali saya menggerutu mengingat celethukan seorang teman. Kita ini sekolah di sekolah yang sama, guru-gurunya juga sama, mata pelajarannnya juga, jam masuk sekolah pun juga sama. Setelah lulus, eh… ada yang pinter, ada juga yang tetep ga pinter, ada yang jadi pegawai bank, ada juga yang kerjaannya ngutang di bank, ada yang jadi orang kaya dan dermawan, yang jadi maling juga ada, banyak yang jadi pegawai kantoran, yang jadi pengangguran juga tak kalah banyak. Ach… saya yang masih nganggur sewot juga dibuatnya. Lagi-lagi, ach….. bukankah rizki, jodoh dan mati sudah ada yang menentukan?! Begitu pikiran saya yang lain membela.
Seringkali saya banyak menuangkan penyesalan dalam ruang jeda ini, tak hanya sekedar menengok ke belakang, tapi saya berusaha belajar dari kesalahan-kesalahan. Kesalahan ini pula yang terus membuai alam bawah sadar dan terus menghantui seolah menyatu dalam penyesalan.
Membaca adalah membuka jendela dunia!. Saya tahu! Bahkan sejak SD saya tahu pepatah itu. Tapi, sebentar...... biarkan saya mencoba mengingat-ingat kembali berapa buku yang sudah saya lahap. Jawabannya “O” alias NOL!! Ssssssttt……, pas baca “NOL”nya jangan keras-keras ya, malu!. Koleksi buku pun taka ada. Kalaupun ada, entah sekarang ada di mana. Barangkali sudah menjadi ranjang kesayangan para kecoa, ngengat atau apalah namanya hewan yang suka baca lainnya………
Semangat membaca inilah yang seringkali hilang dan terkikis, atau bahkan tak pernah ada. Terkalahkan oleh suara merdu gadis manis dalam sinetron, atau infotainment yang menyiarkan perceraian artis-artis cantik yang kini marak, atau kemesraan artis muda yang sedang dilanda asmara, macam Ariel Peterpan dan Luna Maya. Bahkan film-film kartun terasa lebih menggoda daripada papan tulis kucel sewaktu saya SD. Sambil mengingat masa kecil, dulu dan sampai saat ini, membaca, membaca, membaca menjadi aktivitas yang teramat berat untuk saya lakukan. Bisa jadi, membaca menjadi obat tidur yang lumayan manjur selain menghitung domba.
Itu juga kenapa nilai raport matemátika, físika, kimia atau bahkan Bahasa Indonesia saya tak pernah bagus! Warnanya sich hitam, tapi orang-orang lebih akrab menyebutnya merah. Mungkin itu juga yang membuat saya tak begitu suka dengan mata pelajaran itu. Juga PR-PRnya. Bagaimana menulis, membaca saja aku sulit. Begitu iklan lama mengejek. Saya juga tak mengerti kenapa dulu, saat pelajaran itu dimulai dan disuruh mengeluarkan buku, pelajaran itu jarang sekali tercatat. Entahlah, saya lebih suka menggambar ekspresi wajahnya. Alhasil, buku saya penuh oleh coretan-coretan wajah manis guru-guru sekolah saya.
Ach.... kalau saja banyak buku yang sempat saya baca, pasti akan saya ceritakan tentang sejarah dunia dan peradabannya tak sekedar ocehan saya yang menjemukan. Tentang demokrasi, globalisasi dan lain sebagainya. Atau akan kujelaskan perputaran bumi dengan rumus-rumus matematika yang kuracik dengan teori fisika, bahkan tentang alam semesta yang kupadukan dengan teori-teori kimia. Saya akan beberkan tentang teori ekonomi baru untuk memberantas kemiskinan, barangkali bisa membuat anak-anak kita merasa nyaman berangkat ke sekolah tanpa harus berpikir besok makan apa. Dan tak perlu risau krisis gobal di Amerika. Di waktu luang akan saya ciptakan metode baru pengelolaan sampah yang gampang ditiru, sehingga tak perlu lagi negara butuh pemulung yang terus mengais, tak ada lagi saudara kita menjadi korban dan mati tertimbun tumpukan sampah. Akan saya kaji ulang hukum-hukum, bila perlu saya buat yang lebih relevan sehingga tak ada lagi permasalahan Hak Asasi Manusia. Atau saya ciptakan saja alat pendeteksi bencana, sehingga banjir dan gempa tak perlu lagi menjadi alat Tuhan mengambil nyawa. Atau kusiapkan modul tentang itu semua untuk dapat dilaksanakan bersama dengan negara, kalaupun negara kita tak mau melaksanakannya, biarlah kumaki sendiri saja setelah selesai mengajari anak-anak belajar membaca.
Uneg-uneg lain, baca di:
18 Jejak Yang Tertinggal:
a andai saja dia tidak terlahir di keluarga yang kurang mampu, mungkin akan lebih baik. Tapi bagaimana pun nasib itu tergantung pada manusianya juga, sekeras apa usahanya. Harta itu bakal hilang, namun ada bagian dalam diri kita yang bertahan selamanya, yaitu ilmu...
yang jelas seulit appaun kenyataan hdup kalau baca ruang baca jadi ademmmmmm......
Tidak suka membacapun begitu hebat menulis apalagi suka membaca ya..wah tak terbayang.Pembaca ruang jeda begitu nyaman bila datang kemari karena tulisanmu membuat adem ,kata tetangga diatas,sama halnya denganku...hmm ademmmmmmm....
Yan, ada semesta nan maha luas, itu juga buku. Buku nyata semesta karya Illahi yang bisa kita renungi. Buku yang diterbitkan penerbit, memang akan memperluas cakrawala pemikiran, dan buku alam semesta akan memperkaya jiwa. Menurut saya, kamu pembaca setia bulu alam semesta ini, terlihat dari dalamnya tuturmu di ruang jeda ini. Gak percaya juga kalau dirimu gak sempat baca banyak buku, hehe.
sependapat dgn mbak newsoul diatas...
mungkin dulu tdk bnyk membaca, tp banyak belajar pada kehidupan. tulisan2mu menyimpan bnyk makna.
gak percaya juga kalo kamu jarang membaca, Yan..hehehe
tulisannya bagus banget bro.. prenungan diri.
heran...... dibilangin ga ada yang percaya. hehehe.
jika setiap tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru, berarti kita bisa belajar d mana-mana. membaca yg tersirat......
ternyata kita sama bro..sama-sama tidak punya book collection...hihi..
akhirnya gini dech, jadi blogger, hanya blogger gurem :d
Ach.....Mengembalikan Jati diri bangsa mah hebat pisan! bukan gurem lagi atuh....
Setiap orang punya keunikan sendiri-sendiri dan itulah kelebihannya.
Belajar pun tak harus dari buku, karena kehidupan adalah arena menimba ilmu yang tiada putusnya.
Walaupun (ngakunya) tak suka membaca, namun tulisan-2nya oke juga tuh...
if many of the books I have time to read, I surely will narrate concerning world history and his civilization do not simply my boring jabbering talk.
nice post, kawan. muantabbas
masih ingin belajar dan belajar pada abang dech kiranya blue ini
sangat baik postnya bang
salam hangat selalu
@Reni; ach, ibu bisa aja. tapi bener, manusia diciptakan memang dengan berbagai keunikan.
@Ivan; kalau saja aku bisa bahasa ingris?!
@blue; semangat blue. salam hangat selalu.
trims ya kunjungannya ke blog kami ruanghati.com tautan link sudah kami pasang, salam sukses selalu
Tantangan bagi para penulis untuk menerbitkan buku bagus yang mampu mengalahkan Luna Maya.
dan saya,, akan saya bakar itu Kitab Kurikulum sakola (dan segera sesudah itu saya yang dibakar, hohoho...)
holaho, sesama penderita sindrom heroikkeparatisme. saya jelajah nih. tulisan eh curhatannya rapi bow..
ngiriiiii...gmana ya caranya bisa pinter nulis kayak kamu?hiks..jadi hanyut...keep a good writing bro! aku pergi dulu (*sambil sedih nich...)
ayo semangat membaca
ayo semangat ngeblog
Posting Komentar
Akhirnya tiba di Ruang Rehat
Ruang bersama untuk saling memberi nafas, dan setiap kata adalah nafas Ruang Jeda