Minggu, 18 Oktober 2009

Miyabi dan Ibu-Ibu Hamil

Lagi-lagi soal Miyabi yang tertulis di ruang ini. Ups, tapi jangan berpikir yang aneh-aneh dulu, apalagi sampai menganggap ruang jeda ini hanya sekedar mencari sensasi, turut andil memperkenalkan Miyabi kepada khalayak ramai dengan membikin air keruh menjadi semakin buthek. Bukan itu tentu. Kalaupun sempat tertuang namanya dalam ruang ini, sebab saya laki-laki, yang sedikit merasa terusik atas apa yang telah menjadi buah bibir. Bukan atas kemolekan tubuhnya atau parasnya yang innocent, tapi justru oleh gairahku sendiri yang mengganggu gairahku yang lain. Sekedar mencoba untuk belajar membaca sebuah situasi dengan sudut pandang pribadi. Tanpa mengecap, menyinggung, apalagi menggiring opini untuk membenci. Dengan keterbatasan yang dimiliki sebuah bangsa dengan berbagai ke-Bhineka-annya, yang termasuk saya bernaung di dalamnya tidak semua memiliki kapasitas melihat dunia dengan lebih objektif. Barangkali pada akhirnya dari sekian sudut pandang yang berbeda itu, terpetik sebuah hikmah yang mampu mengajarkan kita untuk melihat dan memandang sebuah persoalan dengan lebih bijak tentunya. Sharing antar kita, begitu membuka mata dalam jeda saya.

Ach...lagi-lagi Miyabi. Lalu apa hubungannya dengan ibu-ibu hamil? Ups, sekali lagi kita buang pikiran yang aneh-aneh itu. Bukan karena Miyabi juga lantas kemudian banyak ibu-ibu hamil, akibat banyaknya film-filmnya dari VCD bajakan yang kini banyak dicari. Apalagi sampai munimbulkan fitnah Miyabi sedang hamil. Sayapun tak ingin menyebar fitnah, karena saya tahu fitnah itu dosa. Jelas bukan itu tentu. Ini hanya tentang hal lain yang sedikit mengganggu pikiran-pikiran saya.

Suatu kali saya termenung melihat dan membaca jawaban atas komentar saya tentang peringatan waspada untuk ibu-ibu hamil yang akan melahirkan dalam sebuah catatan seorang teman, maaf tanpa saya sebut namanya. Barangkali yang lain juga sempat membaca. Sekali lagi ini hanya tentang sudut pandang yang berbeda untuk bisa melihat persoalan dengan lebih bijak tentunya. Ia menyampaikan beberapa fakta menarik dari beberapa teman dan beberapa koleganya seputar penanganan proses sebuah kelahiran. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam tulisannya dengan menganjurkan mereka yang hamil dan akan melahirkan tentunya, agar tidak melahirkan di rumah dengan dibantu oleh tenaga manusia ecek-ecek hanya karena nampak berpengalaman atau murah. Seratus persen saya setuju untuk waspada terhadap berbagai masalah yang mungkin ditimbulkan dengan tidaknya diperiksa/ditangani oleh dokter spesialis. Kalau saja biaya ibu melahirkan itu tidak mahal?! Kalau saja masyarakat tidak kepepet sama urusan untuk ngisi perut mereka?! Enteng rasanya mengeluarkan bayi dari perut. Ironis nggak ya......... .

Fakta yang saya lihat, dari kekerdilan pikir saya tentunya, kita hidup dalam sebuah bangsa yang ironis. Tidak semua masyarakat kita memiliki materi berlimpah untuk melahirkan bayinya di RS yang tidak sederhana. Tidak semua berpendidikan tinggi untuk mengetahui cara melahirkan bayinya dengan cara sempurna, tanpa harus merasa khawatir anak dan istrinya akan ditahan oleh RS karena biaya kelahiran tak sanggup dibayar. Minimnya sosialisasi membuat kita dan mereka tidak tahu bahaya dan cara penanganannya atau hanya sekedar informasi di mana rumah sakit yang menarik biaya murah. Kita berdiri di satu sisi yang sulit sekedar untuk membayar isi perut yang kita buang di toilet, sementara di belahan lain berdiri RS mewah plus dokter spesialis yang banyak jumlahnya. Entah ini semua tanggung jawab siapa?

Perkara mikirin isi perut? Yah, aku hanya bisa bilang, kalau kau sudah berani bikin anak, maka kau pasti sudah mikirin bagaimana ngasih makan anak itu termasuk kedua orang tuanya supaya tetap kenyang perutnya kan? Begitu jawabnya menanggapi komentar saya, tentu dengan sudut pandang yang berbeda. Barangkali, hanya sebab aku laki-laki, yang masih bujang yang belum punya gandengan apalagi teman tidur dalam satu ranjang, entah juga ini tanggung jawab siapa? merasa sontak kaget.  Jelas suami yang baik berpikir juga untuk itu semua, dan saya yakin prosentasenya lebih besar jumlahnya mereka yang mengutamakan keluarga.

Ach, inikan hanya ocehan menjemukan saya dalam Ruang Jeda, yang tentunya hanya dengan kekerdilan pikir saya. Barangkali dari sini saya bisa belajar untuk membaca situasi dengan lebih obyektif dan lebih bijak tentunya. Entah ini semua tanggung jawab siapa?.

Salam saya dari

22 Jejak Yang Tertinggal:

ateh75 mengatakan...

Sebenarnya saat ini saja semua serba ditanganin medis untuk urusan melahirkan ,nenek saya anaknya 15 satupun tidak mengenal dokter dan RS yang mahal,mereka sehat2 ,dan sekarang cucunya nih sehat juga hehe,Mungkin karena perubahan yang membawa kita untuk lebih baik dari segala sisi,seperti halnya menjaga seorang ibu untuk melahirkan dengan penanganan yang tepat dan bagus...

* Btw,kirain benar gara2 Miyabi banyak ibu2 hamil ?! ihhh..menakutkan .

yans"dalamjeda" mengatakan...

Hehehehe...... bener juga sich pendapat Ateh. Tentu dengan pengalaman yg sifatnya empirik koment itu muncul.
*jangan tertipu jg oleh judul postingannya, hahaha. tks teh.

TRIMATRA mengatakan...

tidak ada yang obyektif sebab yang obyektifpun sebenarnya subyektifitas dari sebuat sudut pandang...

saya kenal dengan si penulis bertema melahirkan dan dukun bayi ecek2...., yah, anggaplah sebuah wacana dari kelas status sosial yang berbeda, gitu ajah

none mengatakan...

ternyata inti ceritanya bukan tentang miyabi. fiuuhh..kirain ngomongin dia lagi. hehehe

aviorclef mengatakan...

Bang,,,,,,kadang kemiskinan memang dibutuhkan...saya rasa.....kalau tak ada si miskin...maka bagaiamana yang kaya bisa berderma...Allah sudah mengatur segalanya...sebelum kita berpikir, allah sudah merampungkan jalan setiap manusia sejak tak terketahui berapa lama lalu...
Untuk orang2 miskin kan, buat yang melahirkan sdh bisa dtgni oleh Bidannn...makannya skrg bidan pun kudu andalan..tujuannya kan juga buat bantu yg ga mampu.,.,,nah kalao bidan tak kuat tangan, pasien bisa druju7k ke rumah sakit....

Untu masalah risky, kalau nanti buat naka,,,insya allah, yg di atas bakal ngasih..ingat, allah sudah ngasih rezeki org masg2222...yg penting, kita berusaha aja,.......

Maaf terlalu banyak cakap tak berguna

Dream Competition mengatakan...

di zaman modern seperti ini,memang manusia sudah waktunya bermanja diri hehehe.

sibaho way mengatakan...

enaknya bisnis berbasis kepepet. orang hamil itu kepepetnya ya pas mau lahiran. jangankan jutaan, jual rumah pun dilakonin asal selamat...

yans"dalamjeda" mengatakan...

@TRIMATRA; Sayapun sepakat dengan pemikiran TRI, obyektifikasi memang merupakan hasil dari sebuah perspektif. Hanya saja dengan tidak menggerakkan satu perspektif saja.
Artinya semua memang tidak bisa diseragamkan, tergantung dari mana sebuah perspektif itu berangkat.
@Henny; hehehe.... jgn ngerasa tertipu gtu ach. hehe
@aviorclef; soal ini ada tanggung jawab besar yang harus ada yg mengembannya. Semua pihak tentu harus punya andil, tp yang terlebih adalah PENYELENGGARA sebuah pemerintahan.
@AISHALIFE; begitu barangkali. tentu sesuai dengan perspektif yang memberangkatkannya.

tks semua yg singgah atas sharingnya dlm ruang jeda ini.

yans"dalamjeda" mengatakan...

@Sibaho; sepertinya memang begitu, dalam kondisi demikian semua akan melakukan hal yg sama. tks sibaho.

lilliperry mengatakan...

saya kira miyabi hamil.. huahahaha

dari dulu sepertinya menggunakan metode yang sama, hanya perubahan tempat, dan tergantung ekonomi juga..

Irwan Bajang mengatakan...

Negara seharusnya bertanggung jawab dengan pelayanan kesehatan masyarakat, sayangnya negara cuma ada saat kita harus bayar pajak, bikin ktp, bikin visa atau bikin apa aja yang sifatnya berbarayar, negara hilang di bangku sekolah, di kolong jembatan, di ibu2 hamil miskin yang ingin beranak di rumah sakit..
AKu suka tulisan2mu bro, kita tukeran link ya....
tar aku pasang link ini di blogku.
:D

soewoeng mengatakan...

jadi mikir diriku

Unknown mengatakan...

kesejahteraan bangsa kita memang masih rendah, baik kesehatan maupun pendidikan
that's why msh banyak rakyat miskin yang tidak ber KB, sehingga membuat mrk tambah pusing dgn biaya anak2nya.
untuk kita yg sudah bisa berpikiran maju (mudah2an) semoga apapun yg kita perbuat harus ada planningnya utk ke depan.
planning punya anak, brati harus punya tanggung jawab utk mensejahterakan anaknya sampai usia dewasa

yans"dalamjeda" mengatakan...

@lilliperry; jangan ngerasa kena tipu ach. bukan, tujuannya yg sama, ngeluarin isi perut. Tapi tak bisa ditempuh lewat cara yang sama. Tentu dengan berbagai keterbatasan dan kemampuan masing-masing.
@Irwan Bajang; Semangat itu yang jarang bergelora dalam diri kita bro. Bukankah itu semua bisa dirubah tanpa harus menghilang?! Kita tahu ini tanggung jawab siapa, tanpa harus mengurangi tanggung jawab pribadi.
@Linda Belle; Rendahnya kesejahteraan ukurannya adalah garis kemiskinan. persoalannya kemiskinan ini terjadi secara SISTEMATIS.

attayaya mengatakan...

kalo jaman dulu sehhh ga ada dokter2, tapi anak2nya sehat
sekarang banyak dokter, malah banyak anak2 yang sakit
hmmmm ada apa ya?

oia....
salam untuk miyabi

ahyari [dot] com mengatakan...

Hehehe.. Miyabi itu ga pernah habis buat dibahas ya bos? :D

yans"dalamjeda" mengatakan...

@attayaya; pasti ada udang di balik batu! hehe
@ahyari; he'em...... namanya jg buah bibir.

warm mengatakan...

ah, masih seputar miyabi...
padahal kalo orang tau isi koleksi glodok :D
tapi ya itulah, sensasional itu yg disuka, kan ?

- mengatakan...

Ironis.

linduaji mengatakan...

anak saya lahir juga cuma dari bidan dan kenyataannya selamat ibu dan anak, sehat semua. thanks god for that.
kadang di RS yang besar terlalu cari mudah mas. sedikit sulit saja kata operasi meluncur dari mulut dokter. yah, mungkin benar mungkin juga tidak. hanya pendapat hasil dari pengetahuan saya yang belum tahu apa-apa.

Unknown mengatakan...

memang gak semua orang mampu utk byr biaya RS krn itu butuh bidan dan dukun beranak. sebaiknya sih para bidan dan dukun beranak itu diajarin supaya mereka semakin canggih dlm membantu proses kelahiran bayi.

sunflo mengatakan...

miyabi n ibu2 hamil?? perasaan tulisan di atas banyaknya tentang ibu2 hamil dech??

Posting Komentar

Akhirnya tiba di Ruang Rehat
Ruang bersama untuk saling memberi nafas, dan setiap kata adalah nafas Ruang Jeda