Senin, 22 Juni 2009

Wajah-Wajah Perempuan



Aku tak memberi kesempatan untuk mengenal dia.
Pun tak memberi sedikit waktu pada mata untuk melihat keindahan dari balik gerak apalagi langkah kakinya.
“Keindahan yang membutakan” katamu.
Juga pada telinga untuk mendengar bisikan dari balik nafasnya yang menderu.
“Jerit yang memekakkan telinga” kata mereka.
Aku tak punya rasa untuk merengkuh sekalipun merabanya.
“Bukan muhrim” kata mereka yang menganggap dirinya dewa.

Aku terlalu sibuk menjejakkan langkah-langkah kaki menapaki garis tepi jari-jariku.
Mengejar fatamorgana pada safana tanpa rerumputan.
Tak merasakan kepedihan yang ia sembunyikan di sela-sela jarinya yang tak mampu mencengkeram.
Tak menyentuh sedikitpun sesaknya kehidupan dari sayup mata yang ia kedipkan.

Maaf, aku hanya tahu kenikmatan yang ia tawarkan.
Lewat wajah yang sesekali diberinya bedak dan gincu.
Teriaklah kepadaku dengan kata penuh makian.
Lihat wajah masamku dengan tatapan bagai pisau yang siap kau tikamkan.
Siram ringkih tubuhku dengan ludah dari mulut yang tak pernah bungkam memanggilku.
Saat ini juga!

Maaf, aku hanya bisa berdiri menatap langit suram.
Menyaksikan wajah-wajah perempuanku yang dipaksa memasang wajah riangnya menatap kenyataan dengan leher dan kaki terjerat.


11 Jejak Yang Tertinggal:

ellysuryani mengatakan...

Kawan langit suram itu pun sedang saya tatap, tapi tak selamanya suram, kadang terlihat indah. Ya, langit kita sejatinya adalah sama, meski warnanya mungkin berbeda.

SeNjA mengatakan...

keren bgt sob.... !

serius....mksh untuk komentny d blogku y.

reni mengatakan...

Top markotop nih..!!
Gimana ya bisa buat yang sekeren itu ? ^_^

yansDalamJeda mengatakan...

@Newsoul: d atas bumi n d bawah langit yg sama. Bersama kita lukis langit dengan warna indah berhias pelangi. hehehe.....

@Irma: mksh jg buat komentny. saling mengisi apa yg drasa kosong.

@Reni: Mbak emang rendah hati. Salut dech.

FATAMORGANA mengatakan...

aku hanya bisa terpana menatap sederetan kata sejuata makna.
Menyaksikan untaian kalimat yang begitu indah
Deja_Vu melintas dalam benak saya.

moga persinggahan saya kali ini adalah awal dari suatu persahabatan panjang.
Salam Kenal.

CÜpú kisяÜh mengatakan...

sungguh rangakain kata yang indahh mas :)
cupu sampe terhanyuk dalem lamunan pada saat membacanya membacanya
lam knal ya ....~

Yunna mengatakan...

bagus...

ateh75 mengatakan...

Ya,Wajah-wajah perempuan itu seolah mengemis meminta pertolongan,tapi takdir menggiringnya kedunia yang tak wajar....
Semoga perempuanmu tak bertambah ,biarkan perempuan yang lain menikmati dunia yang wajar....

duniaira.blogspot mengatakan...

Shakespare pernah berkata, tunjukkanlah aku satu wanita telanjang maka akan lahir sribu puisi
Entah...aku suka mentap wajah itu Ada kedamaian disana....!

devianty mengatakan...

bagus...sangat bagus...artikel yang menraik juga...sukses terus yah...

Mawar Swargi Loka mengatakan...

bedak dan gincu selalu menjadi roti kehidupan setiap wanita untuk hidup

Posting Komentar

Akhirnya tiba di Ruang Rehat
Ruang bersama untuk saling memberi nafas, dan setiap kata adalah nafas Ruang Jeda