Minggu, 14 Juni 2009

Dan Ia Telah Pergi

Aku melihatnya.........
Seorang ibu berlari keluar dari loby ruang operasi.
Langkah kakinya sedikit goyah sembari menahan air mata yg tak terbendung.
Orang-orang berkerumun melihat ia tiba-tiba jatuh dan kemudian meraung.
Gemanya terdengar di setiap lorong-lorong rumah sakit.
Raungan yang hanya dimengerti oleh penghuni surgawi.
Raungan yang mampu mengguncang 'Arsy Ilahi.

Tangisan sang ibu yang 'hanya' meratapi kepergian anaknya yang masih mungil dan belia.
Sang anak telah pergi.
Ia benar-benar telah pergi gara-gara tersiram air panas dari tungku ibunya yang penjual bakso.
Saat ia dan pedagang lain mencoba lari dari kejaran Pamong Praja beberapa hari yang lalu di sudut kota Surabaya.
Ia lari demi menyelamatkan barang-barang berharganya yang biasa ia gunakan untuk menghidupi keluarga dan anaknya. Ia berlari demi menyelamatkan harga diri.
Demi mimpi-mimpi yang belum sempat terbeli.

Aku melihatnya....
Saat ia kehilangan mimpi-mimpinya.
Aku melihatnya....

(Surabaya, 18 Mei 2009)
Untuk Siti Khoiyaroh, semoga damai di sisi Nya.


4 Jejak Yang Tertinggal:

Fanda Classiclit mengatakan...

Bencana dan derita bisa menghampiri siapa saja. Semoga meninggalnya Siti Khoiyaroh menumbuhkan benih-benih kebaikan bagi dunia sekitarnya di masa mendatang. Jangan sampai pengorbanannya sia-sia...

Dana Telecom mengatakan...

Wah, puisi yang bagus tentang manusia.

eden.apesman mengatakan...

turut berduka... semoga nyawa yang pergi tidak sia-sia.

Anonim mengatakan...

turut berduka

Posting Komentar

Akhirnya tiba di Ruang Rehat
Ruang bersama untuk saling memberi nafas, dan setiap kata adalah nafas Ruang Jeda