Kamis, 30 September 2010

Mengurai kenang

Tadinya aku ingin menuliskan sesuatu tentangmu, kepadamu. Sedari tadi aku sudah merencanakannya, sembari sekedar bertanya kabarmu bagaimana.

Sebab kenang itu, aku tak bisa menyimpannya sendirian. Memori di otakku tak sanggup menampungnya. Begitupun rindu itu. Satu persatu, datang kemudian saling berjejal hingga bertumpuk.

Tak ada yang dibagi, sebab kenang ini tak bulat utuh. Hanya saja, tiap remahnya akan saling melengkapi, sebagian yang ada padaku dan sebagian yang ada padamu.
Karena aku tak sanggup mengingat semuanya, pun tak mampu melupakan semuanya.

Kenang itu, berceceran terpisah dalam labirin-labirin otak. Aku menjumputnya satu demi satu, berharap dapat kususun hingga utuh. Tapi tak bisa, tetap saja acak dan tak beraturan. Dan aku takut sendiri, jika tak kutemukan lagi dirimu di sana.

Kenang itu. Apakah kau masih menyimpannya?
Tentang apapun, segala sesuatu yang mengingatkan kita, kau dan aku.
Meski langkah kaki kitapun kali ini benar-benar berpisah, menjejak di tanah yang berbeda. Seperti asap secangkir kopi yang menguap, yang pernah kita nikmati sesap demi sesap. Manis dan pahitnya masih melekat, keharumannya pun masih tersisa. Menyisakan aroma kenangan yang masih terbungkus.

Tapi sudahlah, kutitipkan saja sebagian kenang itu, dan kusimpan sebagian yang ada padaku.
Esok, atau lusa ketika kita saling berpapasan, kita kembali mengingatnya dan menyatukannya hingga utuh. Lewat secangkir kopi, di antara malam dan senja sebelum ia hilang, berpayung langit mendung sebelum menjelma menjadi hujan. Kiita saling bercengkerama, berbicara tentang kenang yang masih tersisa kemudian mengurainya.
Untuk sementara waktu, aku harap kau baik-baik saja...........

15 Jejak Yang Tertinggal:

Latifah hizboel mengatakan...

Insyaallah dia baik2 saja kok, yakin deh...nanti kutitipkan salammu pada angin yaa...agar diapun tahu bila kau merindukannya...:)

Seiri Hanako mengatakan...

duh...
jadi ingat rindu yang kupending..
lama juga nggak ke sini
dan menikmati jedah yang teduh
dan merenungi sisi melankolis yang selalu berusaha kututupi sekarang
makanya lagi susah bikin puisi
...
tapi menikmati kata-kata dari jedah ini
bikin ingin dirindukan seperti ini dan bilang
"aku baik-baik aja"

(^__^)

yansDalamJeda mengatakan...

Terimakasih telah singgah di sini, dan berbagi kenang itu.
Untuk sementara waktu, aku harap kau baik-baik saja.....

Ninda Rahadi mengatakan...

kenapa ya dalam perpisahan ini yang paling memberatkan...
seandainya ngga ada kenangan

toko online mengatakan...

Sesuatu hal yang paling menyedihkan adalah perpisahan, dan yang tidak pernah hilang dari ingatan adalah kenangan. Tuhan sudah mengatur jalan setiap orang, kita harus mensyukuri nkmat itu, walaupun kadang sakit.

duniaira.blogspot mengatakan...

Santai aja bung!
aku masih baik-baik saja kok
hehehehehehehe

berpikir positif mengatakan...

apa yang ada di blog ini takkan pernah menjadi kenangan , untaian kata takkan pernah hilang pesonanya mesti telah dibaca berulang kali

Unknown mengatakan...

kok aku sedihhh yaa bacanyaaa :(

Al Faqiir mengatakan...

Kata-kata yang menarik. Satu lagi Tuhan selalu ada

My sister, follow balik ya:)

Al Faqiir mengatakan...

Sory my brother aku kira sister:D
mampir lah ke blog saya:). Ditunggu ilmunya:)

dhodie mengatakan...

Semoga ia pun menyimpan memori kenanganmu di labirin alamat yang sama, kawan. Atas nama sebuah kenang :)

Syuaa mengatakan...

Ikutan Backlink exchange ya...
Sekali menambahkan url, backlink tetap bertambah.
linkexchange.syuaa.net

ivan kavalera mengatakan...

salam hujan

semendo mengatakan...

semoga dia selalu baik-baik saja....

Unknown mengatakan...

Postingan yang bagus...Salam kenal, mampir balik yah, mohon follow back yah... Terimakasih :D

Posting Komentar

Akhirnya tiba di Ruang Rehat
Ruang bersama untuk saling memberi nafas, dan setiap kata adalah nafas Ruang Jeda