Senin, 21 Juni 2010

Sudut Jalan Belantara











Aku bangun cepat-cepat. Membelalakkan mata agar ia tak kembali terpejam. Tak seperti biasa, segera kuberanjak dari tidurku yang melena. Tak sadar telah kuhabiskan malam hingga pagi menjelang. Akupun terbangun dari mimpi pagiku dan segera kulipat ia. Berharap kubuka kembali nanti, setelah kubasuh muka ku yang lusuh.

Kubuka pintu dan jendela. Kudapati pagi yang riuh. Wajah-wajah saling berjejal memadati jalanan. Mereka bergegas untuk segera sampai, menuju arah masing-masing. Seolah tak memperhatikan tanda dan petunjuk  jalan sepanjang yang mereka lewati. Terlihat sudah hafal betul ke mana arah yang akan di tuju. Entah dimana mereka akan berhenti.

Mungkin aku tak pernah mencari tahu arah yang mereka tuju. Mereka pun tak mencoba mencari tahu ke mana arah yang akan kutuju. Hanya mencari jalan masing-masing. Asyik sendiri. Tak peduli apa yang sedang kau pikirkan, apa yang akan kau lakukan dan hendak kemana kau pergi pagi ini. Masing-masing menatap lurus dengan wajah yang serius. Memadati jalanan hingga siang menjelang. Tak sempat aku tanyakan, kemana arah mereka. Sebab tak sempat mereka menatapku, bahkan tak sempat memperhatikan wajahku yang kembali lusuh. Aku masih tak tahu di mana mereka berhenti.

Matahari sudah bergeser jauh dari tempatnya muncul tadi pagi. Menyengat. Tapi jalanan masih dipadati wajah-wajah serius seperti yang kutemui tadi pagi. Masih asik sendiri. Semakin saling mewaspadai. Di jalan satu arah, di perempatan lampu merah atau di jalan-jalan tikus, wajah yang kutemui hampir sama. Tak sempat untuk saling menyapa dan bertukar nama.

Kunikmati secangkir kopi panas di ujung hari ini. Di sudut jalan ini. Rimba kota yang membuatku terasing. Masih kupandangi mereka yang masih juga memadati tiap sudut jalan. Dengan wajah-wajah yang masih sama, serius dan terus menatap lurus. Enggan menoleh, ke kanan dan ke kiri. Hanya saling mewaspadai. Masih belum sempat saling bertukar nama, apalagi bercengkerama. Aku merasa kian terasing. Tersesat mencari arah yang akan ku tuju.

Hey.... berhentilah barang sejenak dan duduklah di sini. Nikmatilah secangkir kopi atau bila kau tak suka minum kopi, segelas teh manis juga boleh. Sembari bercengkerama, barangkali kau juga merasakan hal yang sama. Agar kita tak semakin terasing. Agar tak merasa tersesat mencari jalan masing-masing. Kemudian saling menertawakan diri kita, yang masih enggan menceritakan mimpi kita yang terlipat, tersesat di antara sudut-sudut jalan belantara kota. Hingga sore menghilang, belum sempat aku tanyakan kemana arah yang mereka tuju, masih tak tahu di mana mereka akan berhenti.

15 Jejak Yang Tertinggal:

Anazkia mengatakan...

Aku berhenti di sini sejenak, melepas angkuh yang merayapi tubuh. tak mengapa tanpa secangkir kopi, karena aku berharap ada secawan kisah yang bisa kita nikmati untuk berbagi kehidupan. Insya Allah

itempoeti mengatakan...

siapa..,
ada dimana...
mau kemana...
untuk apa...
lalu bagaimana...

BrenciA KerenS mengatakan...

semoga selamat sampai tujuan.. maaf kalo komennya agak OOT.
:D

Irma Senja mengatakan...

aku sempatkan berhenti disini sejenak,...membaca apa yang kau pikirkan,dan berharap kita bisa saling memahami.

karena hidup adalah perduli...!

yansDalamJeda mengatakan...

>> Terimakasih telah singgah di sini, Anazkia, itempoeti, BrenciA KerenS, senja.

Entah apa yang sedang terpikir hari ini. Aku yang asik sendiri dengan dunia yang sedang kunikmati. Pagi, siang, sore hingga malam. Hingga merasa terasing dari kerumunan orang yang ramai berkejaran, bersalipan dan berpapasan. Aku yang egois, merasa tersesat, kegelapan sendirian dalam rimba keramaian.

Dan aku pun sedang membaca apa yang sedang ku pikirkan.

Irma Senja mengatakan...

tulisanmu salah satu favoriteku,... ^^

yansDalamJeda mengatakan...

>>senja; ow..ow...kepalaku terasa membesar. Apa yang senja temukan dari tulisan ga jelas arah macam ini?!

A. Moses Levitt mengatakan...

revolusi....

raa mengatakan...

Ira banget....hehehehehehe

bonk AVA mengatakan...

kota yang sibuk... pasti latarnya dijakarta hehehe

Latifah hizboel mengatakan...

Bila dalam keadaan sepi yang menyelimuti diri, sepi dari sapaan, perhatian mungkin juga kasih sayang, terasa...seolah kita ada dijalan belantara...sepiii...jauuuh...heniiing...sendiri !!!

yansDalamJeda mengatakan...

>raa; Ach...masa iya?!
>bonk AVA: Sibuk, tak hanya Jakarta. Kota lain yang lebih kecilpun mungkin sama.

yansDalamJeda mengatakan...

>>Latifah hizboel: Hmmm...jejak yang ateh tinggalkan kali ini memberi rasa yang sungguh berbeda. Ada yang menggugah di situ. Terimakasih.

TRIMATRA mengatakan...

emaknai hidup ditemani secangkir kopi...hmmm,,, suasana yang mantabbb.

mixedfresh mengatakan...

nice share kawan.. kunjungan perdana sukses selalu

Posting Komentar

Akhirnya tiba di Ruang Rehat
Ruang bersama untuk saling memberi nafas, dan setiap kata adalah nafas Ruang Jeda