Desember masih menyisakan sedikit kelabu. Nuansa hati yang patah masih saja terasa dan tak mampu kumengusirnya. Tapi sudahlah, kita pernah sepakat untuk tidak membicarakannya. Bagaimana kalau kita bercengkerama tentang rindu?! Berbincang soal kerinduan yang mempertemukan kita dengan sederhana. Tanpa ditemani cahaya lilin yang mengelilingi meja kita, di bawah tenda, di atas atap yang biasa meneduhi wajah kita, di tengah sore senja.
Desember mengingatkan aku kepadamu, persis seperti hujan yang rinainya melukiskan bayang senyummu sementara cahaya mentari tak membiaskan spektrum warna pelangi. Aku melukiskanmu saat hujan mulai turun di sore itu. Kau dan hujan sore itu, masih saja menyejukkan. Maski pelangi tak pernah datang bersamaan dengan hujan yang turun. Ia sama-sama menyimpan rindu. Kerinduan yang berbeda.
Sesekali kita bertemu. Dan kau masih saja tak bisa berjanji untuk tidak mengingat pertemuan itu. Pada sore senja, di bawah tenda tanpa cahaya lilin yang menerangi meja kita. Kita masih mengingat pertemuan itu. Pertemuan sederhana yang biasa kau sebut malah terlalu sederhana, hingga tak menyisakan sedikitpun ingatan akan bayang-bayang kita yang masih menari di sana. Meski hatimu tak pernah mengingkari, untuk tidak katakan "ya!". Menepis genggaman tanganku yang berusaha meraih ketika jalan yg kita lalui terlalu licin hingga membuatmu terjatuh. Kau tak kuasa mengusir kata "tidak".
Angan itu hanya bisa merangkulmu dalam imajiku yang beku hingga tak sempat kubaca pesan yang coba kau sampaikan lewat layang-layang yang kau terbangkan saat sore senja itu. Sesaat sebelum hujan turun, dan menggoyahkan layang-layangmu yang mulai meninggi menerbangkan mimpi-mimpimu. Dan aku masih menyimpan rindu di bulan Desember, bulan kehadiranmu.
Desember mengingatkan aku kepadamu, persis seperti hujan yang rinainya melukiskan bayang senyummu sementara cahaya mentari tak membiaskan spektrum warna pelangi. Aku melukiskanmu saat hujan mulai turun di sore itu. Kau dan hujan sore itu, masih saja menyejukkan. Maski pelangi tak pernah datang bersamaan dengan hujan yang turun. Ia sama-sama menyimpan rindu. Kerinduan yang berbeda.
Sesekali kita bertemu. Dan kau masih saja tak bisa berjanji untuk tidak mengingat pertemuan itu. Pada sore senja, di bawah tenda tanpa cahaya lilin yang menerangi meja kita. Kita masih mengingat pertemuan itu. Pertemuan sederhana yang biasa kau sebut malah terlalu sederhana, hingga tak menyisakan sedikitpun ingatan akan bayang-bayang kita yang masih menari di sana. Meski hatimu tak pernah mengingkari, untuk tidak katakan "ya!". Menepis genggaman tanganku yang berusaha meraih ketika jalan yg kita lalui terlalu licin hingga membuatmu terjatuh. Kau tak kuasa mengusir kata "tidak".
Angan itu hanya bisa merangkulmu dalam imajiku yang beku hingga tak sempat kubaca pesan yang coba kau sampaikan lewat layang-layang yang kau terbangkan saat sore senja itu. Sesaat sebelum hujan turun, dan menggoyahkan layang-layangmu yang mulai meninggi menerbangkan mimpi-mimpimu. Dan aku masih menyimpan rindu di bulan Desember, bulan kehadiranmu.
10 Jejak Yang Tertinggal:
sebuah rindu, berabad-abad tak akan pernah bisa kita defenisikan di hati. rindukanlah rindu jika saja rindu itu hilang.
Elegi bulan desember...deru rindu yang membuncah
hai yg dirindu dengarlah rindu pujanggamu...
lepaskan saja rindumu itu jika kau tak lagi mampu merengkuhnya..biarlah langit dan senja desember yang akan menjaganya untukmu...
duhh, bawaannya jadi puitis aja tiap kali baca tulisanmu yan! ah..
Rindu
buat aku mahu bangun dari lena
rindu
buat aku rasa mau berusaha untuk terus hidup esok hari
sarat mimpi dengan hasrat
jumpa kamu
juga dalam hari-hari yang seterusnya
aah ... rindu
kerap mengalun dalam diam
kadang membuncah melahap sepi
lalu ...
jadikan saja ia prasasti betapa Desember ternyata setia menyimpannya
diam-diam
mas, saya pun selalu menyimpan Desember dalam hati
sebab disana ada cinta
rindu yang tak ku pahami terus saja menyiksa...
ah semua ahli puisi diatas telah menanggapi apalah yang bisa dikatakan insan ini tentang rindu, rindu so complicated
punya kenangan juga ternyata di bulan desember. desember kelabu kah?
wahhhh rindu sama siapa tu?? :P
teman, sekarang Yunna pindah rumah di http://yunna-mylifediary.blogspot.com
Kunjungi aku ya...
Posting Komentar
Akhirnya tiba di Ruang Rehat
Ruang bersama untuk saling memberi nafas, dan setiap kata adalah nafas Ruang Jeda