Dulu, sebelum aku berpamitan untuk pergi, sebentar saja. Kau masih suka mencariku, hendak mengajakku untuk bermain. Di kolong ruang yang nampak kosong dan sepi, kau masih saja memanggil. Bahkan di tiap sudut sunyi yang nampak gelap, tetap saja kau mencari. Terus kau mencari, dan berharap kau menemukanku. Atau paling tidak kau bisa menemukan bayanganku, pikirmu. Tapi kau tak menemukanku di situ.
Barangkali kita begitu asyik menikmati permainan kita, yang menautkan semua rasa yang ada. Kitapun berkelana dengan rapat, menyusuri banyak cerita dan peristiwa. Membuat kita begitu akrab, seolah enggan terpisah. Hingga terkadang genggaman itu begitu erat ku rasa , terlalu berat untuk kulepas. Tapi aku harus pamit, dan kau harus pula merelakannya.
"Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang?" ku kutip pesan untuk sekedar meyakinkan perpisahan.
"Bukankah kisah kepergian memang terasa berat untuk dikenang"
Tapi sudahlah, lama-lama kita akan terbiasa juga. Kau akan tetap asyik bermain, tanpaku, tanpa harus berlama-lama menunggu. Begitupun aku.
Langkah kaki kitapun berpisah, menjejak di tanah yang berbeda. Seperti asap secangkir kopi yang menguap yang pernah kita nikmati sesap demi sesap. Manis dan pahit masih melekat dan keharumannya pun masih tersisa. Menyisakan aroma kenangan yang masih terbungkus.
Cukup lama akhirnya. Masing-masing mengukir harap. Ada yang kita temukan, ada pula yang kita tinggalkan. Mataku terpejam menyusuri kehilangan, membungkus kenang yang masih tercecer.
Ach, bukankah kisah kepergian memang terasa berat untuk dikenang?!.
Barangkali kita begitu asyik menikmati permainan kita, yang menautkan semua rasa yang ada. Kitapun berkelana dengan rapat, menyusuri banyak cerita dan peristiwa. Membuat kita begitu akrab, seolah enggan terpisah. Hingga terkadang genggaman itu begitu erat ku rasa , terlalu berat untuk kulepas. Tapi aku harus pamit, dan kau harus pula merelakannya.
"Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang?" ku kutip pesan untuk sekedar meyakinkan perpisahan.
"Bukankah kisah kepergian memang terasa berat untuk dikenang"
Tapi sudahlah, lama-lama kita akan terbiasa juga. Kau akan tetap asyik bermain, tanpaku, tanpa harus berlama-lama menunggu. Begitupun aku.
Langkah kaki kitapun berpisah, menjejak di tanah yang berbeda. Seperti asap secangkir kopi yang menguap yang pernah kita nikmati sesap demi sesap. Manis dan pahit masih melekat dan keharumannya pun masih tersisa. Menyisakan aroma kenangan yang masih terbungkus.
Cukup lama akhirnya. Masing-masing mengukir harap. Ada yang kita temukan, ada pula yang kita tinggalkan. Mataku terpejam menyusuri kehilangan, membungkus kenang yang masih tercecer.
Ach, bukankah kisah kepergian memang terasa berat untuk dikenang?!.
19 Jejak Yang Tertinggal:
ya, berat untuk mengenang, kadang... tapi kebanyakan manis dalam waktu yg lama.
Perisahan bukan untuk dilupakan tapi kenanglah, sangat menyentuh untaian katanya :(
Perpisahan memang sering terjadi.. dan selalu menyisakan kenangan yang tak akan terlupa.
Tapi jika perpisahan itu hanya sementara... rasanya tak terlalu menyesakkand dada
haha, tadi pas baca di RSS kebaca membungkus kemang.
oh ternyata merindukan kenangan lama yah, sama ku juga lagih ini
kenangan salah satu yang terkadang menyesakkan,terlebih kenangan ttg kehilangan....
Berpisah hakekatnya adalah saling memberi ruang dan waktu, mungkin setelahnya jadi lebih seimbang.
kadang...kalo terlalu sakit...ngga usah dikenang...tapi dikunci di kotak pandora.
pergi adalah perjalanan.dan di sepanjang perjalanan kita akan menemukan banyak hal, semoga menemukan yang indah..
yach memang terasa berat
tapi toh, akhirnya kita memutuskan juga....
Hakikat pertemuan adalah perpisahan, dari itulah sebuah kenangan tercipta, kemudian diejawantahkan menjadi sebuah hakikat perpisahan. Apakah itu? KERINDUAN
lagi menata kenangan rupanya..
begitu manis untuk dilupakan ya..
apalagi jika kerinduan muncul dan mengharu biru kita..
duh..
sabar menerima kenyataan ya bro...
>Seperti asap secangkir kopi yang menguap yang pernah kita nikmati sesap demi sesap. Manis dan pahit masih melekat dan keharumannya pun masih tersisa. Menyisakan aroma kenangan yang masih terbungkus.
wah,,,kenangan perpisahan neh...sedih..
tp ruang dan waktu tak bisa memisahkan adanya cinta,harusnya..
salma kenal,thxs dah brknjung ke langitsenja ku
eheh. langit follow yach,brkenan follow balik dunk, Ok
kenangan yang indah jika dirasa indah.. tapi tetap aja kehilangan itu menakittkan hehe
udah lama ya ngga padet hehe, ayooo semangat :D
kangen ama amsa lalukah...??? :) atau aku salah memprediksi arti katanya...??
selalu akan terkenang kemanapun diri ini berada blog ini memberikan nuansa lain setiap saya pandangi rangkaian kata indahnya
Terlalu indah buat dilupakan, namun terlalu phit buat dikenang..
namun kita harus menarik pelajaran dari setiap peristiwa yang kita lalui.
Posting Komentar
Akhirnya tiba di Ruang Rehat
Ruang bersama untuk saling memberi nafas, dan setiap kata adalah nafas Ruang Jeda