Sabtu, 16 Januari 2010

Tepi Hati Kumenepi











Aku memujamu lewat kata yang dipersembahkan Gibran untuk Salma yang ia puja. Aku pernah berjanji dari tepi hati untuk datang kepadamu bukan dengan mengangkat kepala. Tapi dengan menunduk dan memohon kepadamu agar kamu mau mengatakan bahwa semua ini tidak sia-sia. Karena aku bukan Rahwana yang membawa Shinta dengan paksa.

“Berjanjilah kepadaku untuk selalu melihatku dalam mimpimu”. Bibirmu tak mampu menjawab. Nafasmu pun tak mampu kudengar. Kau hanya melihatku dengan sorot mata yang masih saja menyejukkan. Kau tahu, aku tak sanggup menatap itu.

Aku telah membiarkan keterjagaanku mengarungi mimpi tentangmu. Berhalusinasi, di mana aku meliahatmu dengan wajah yang dihiasi dengan harapan dari balik senyum yang mampu memberi setetes kesejukan dalam pencarian yang melelahkan.

Hatipun menepi di jeda waktu yang terus berjalan. Kemudian membunuh ragaku yang tak mampu menyentuhmu dengan tanganku. Pun tak mampu mengucapkan kata-kata mesra lewat lidah, bibir dan seluruh tubuhku. Aku tak kuasa melawan, hingga aku harus memaksa bayang wajahmu pergi, agar aku bisa melangkahkan kaki sembari memandang wajah cantikmu dalam bingkai kusam yang bertabur warna-warni pelangi. Menarilah..........

20 Jejak Yang Tertinggal:

buwel mengatakan...

Itu kata 'Arwana'nya bener ya Mas.... atau 'Rahwana' Ya, :-)
Btw Prosanya Bagus, Dan kalo memang sudah tak jodoh yasudahlah, nggak lucu ah kalo poliandri....heheheh

yansDalamJeda mengatakan...

Hehehe...keseringan nonton Bukan Empat Mata sich. Tks mas buwel, hadiah empat jempol buat anda. hehe.

irarachma mengatakan...

menepilah di tepi hati karena di menunggumu di sana!
(bdw foto siapa tuh)

setiakasih mengatakan...

Masya Allah.... tersentuh hatiku...
Andai ada lelaki yang menyintai aku dengan harapan yang sebegitu indah.

Sukses!!

Clara Canceriana mengatakan...

harus pisah ya?
sayang sekali

Ivan Kavalera mengatakan...

Mampir menikmati tarian katamu yang Gibran kepada Salma, kawan. Renyah..jangan menepi.

De mengatakan...

hiks...terharu
andai aku adalah perempuan mu
tak kan ku biarkan bayang ku menjauh dari mu sedetik pun

yansDalamJeda mengatakan...

@all: tulisan ini barangkali hanya sekedar catatan "aneh" tentang sebuah perasaan. Orang boleh bilang ini terkesan berlebihan. Sayapun mengganggap demikian. hehe.
Terimakasih atas persinggahan sahabat.

arivynt mengatakan...

hati2 lho dg syirkun mahabbah

yansDalamJeda mengatakan...

@arivynt: hmm...sepertinya tulisan seperti ini cenderung mengantar kita pd "yg anda bilang". tenang aj sob, ane bakal hati2. tks sob sarannya.

buwel mengatakan...

Berkunjung... Sukses selalu ya....

ellysuryani mengatakan...

Menepi itu bisa memberi ketenangan, bahkan semangat baru setelahnya. Siapa tau setelah menepi di ruang jedamu, akan bergandengan tangan atas izinNya, hehe. Salam aja buat sang dia ya.

Cerita Inspirasi mengatakan...

Berjanjilah kepadaku untuk selalu melihatku dalam mimpimu --> gw suka kata-kata ini.. ada sebuah harapan.. dan keyakinan.. ^^

5 Menit Keluar Dari Google Sandbox mengatakan...

Puisi yang indah. Dapat inspirasi di mana mas? hehehe

reni mengatakan...

Sebuah ungkapan yg indah tentang sebuah perasaan, tentang sebuah ketiadaan kekuasaan untuk merubah keadaan

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

Ungkapan perasaan di kala menepi seiring waktu yang terus berjalan...
Indah sekali mas......

Seiri Hanako mengatakan...

wow........

*speechless*

Yunna mengatakan...

bingung mau komen apa,,
terlalu dalem buat dikomen...

Anonim mengatakan...

aku cinta karya gibran bang
salam hangat dari blue
blue juga kagum sama post abang

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

keuren sob.. :)
putisasi dalam prosa..

Posting Komentar

Akhirnya tiba di Ruang Rehat
Ruang bersama untuk saling memberi nafas, dan setiap kata adalah nafas Ruang Jeda