Senin, 14 Desember 2009

Mengikis Rindu

Dari jendela tempatmu mengurai hayal dan merenda mimpi, yang masih saja menutupi senyum dari wajahmu yang teduh. Rindu telah tumbuh.

Dari celah jendela yang sama, cahaya fajar menelusup dan membangunkanmu, menjelma cinta kepadamu. Cinta yang tak pernah mudah kupahami, yang masih saja enggan untuk pergi, dari celah jendela itu. .

Ach, betapa cinta kita begitu absurd. Membuat kita mempertanyakan kembali tentang arti dan makna. Menjadikan cinta begitu egois. Hingga terlalu banyak yang masih menjadi perdebatan.  Sementara kita masih berada di tepian.
Dayung masih belum sempat kita kayuh. Layang-layang yang kita terbangkan dari atap tempat kita berdiri, masih belum meninggi menyentuh pelangi. Hanya beberapa langkah saja, bukit yang kita daki belum juga meruntuhkan imaji. Maka jangan berhenti di sini.

Dari celah jendela yang sama, yang masih saja membuatku ingin melihat senyummu yang menghiasi sinar matamu yang teduh. Masih ingin kukatakan rindu kepadamu, Dy. Rindu yang begitu bebal hingga tak pernah sudi untuk pergi  meski  kubaca isyarat yang terpancar dari bola matamu. Begitu dangkal, hingga tak mampu menyentuh dasar.

Dari jendela yang berbeda, tempatku mengeja tiap-tiap isyarat yang lahir dari mata dan senyummu yang terus menari. Telah kunikmati candu tarianmu dari tiap-tiap tetes keyakinan yang membuatku berlama-lama menunggu. Merindu, mengikisnya hingga benar-benar habis. Menyerahkannya kembali pada Pemilik Waktu. Entah mati, entah tumbuh kembali. 
Gambar Her Window by littlemewhatever

15 Jejak Yang Tertinggal:

Sohra Rusdi mengatakan...

Rindu akan terus ada selama kita masih di dunia ini, rindu kenangan,kekasih, sahabat dan rindu dgn tulisan2 indahmu

ateh75 mengatakan...

Biarkan rindu tumbuh jangan kau bunuh rasa yang pasti akan kau cari disaat menghilang,rindukan rindu disaat rindu menghilang...

Sari mengatakan...

Sepertinya, rindu-nya ga abis2 yak...

SeNjA mengatakan...

barisan kalimat indah yg enak banget dibacanya mas,tergambar jelas kerinduan dan asa tergambar disana.

Zahra Lathifa mengatakan...

kamu punya banyak jendela ya yan..dan setiap sudut jendela itu mempunyai cerita dan inspirasi yang berbeda..hmmh, so cute!

sastra -radio mengatakan...

kueja rinduku di depan jendela ruang jeda

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

waow, bagus banget puisinya sob.. :)

De mengatakan...

rindu yang tak berkesudahan

Yunna mengatakan...

biarkan rindu itu terbang mengikuti angin dari jendela...

setiakasih mengatakan...

'Rindu yang begitu bebal hingga tak pernah sudi untuk pergi meski kubaca isyarat yang terpancar dari bola matamu. Begitu dangkal, hingga tak mampu menyentuh dasar.'

aku suka... melukis rasa yang hebat melanda hatiku jua.

Unknown mengatakan...

rindu susah dihilangkan. rindu hanya bisa disembuhkan dg menjumpai apa dan siapa yg dirindukan. btw, de javu yang ini beda ya dg de ja vu yg isinya berupa puisi bahasa Inggris?

Lina mengatakan...

ck...ck...syair rindu yang mengharukan

FATAMORGANA mengatakan...

Akupun turut merindu sampai merapat dirung jedah .
Mohon maaf sobat,... baru sempat mampir
Moga rindunya bisa terbalas.....

Zahra Lathifa mengatakan...

lagi2...speechless, ah...aku pernah merasakan dilema cinta yang sama yan..jiaahhh!hehe...tapi biarlah, biarkan rindu itu mengalir dan mengambil tempatnya dihatimu..kelak Sang Pemilik waktu yang tahu apa yang terbaik buatmu...(eh, nyambung ga sich yan?)

dwi edelweis mengatakan...

*Dayung masih belum sempat kita kayuh. Layang- layang yang kita terbangkan dari atap tempat kita berdiri, masih belum meninggi menyentuh pelangi. Hanya beberapa langkah saja, bukit yang kita daki belum juga meruntuhkan imaji. Maka jangan berhenti di sini..*
*mengurai rindu dlm goresan bait,,ehm,,rindu,,rindu,,rindu,,:D

Posting Komentar

Akhirnya tiba di Ruang Rehat
Ruang bersama untuk saling memberi nafas, dan setiap kata adalah nafas Ruang Jeda