Rabu, 25 Agustus 2010

Layla, Perempuan Sunyi

Lelaki itu memanggilnya dengan sebutan Layla. Hanya lelaki itu yang boleh memanggilnya demikian, dengan nama itu. Bahkan si Majnun pun tak boleh.

Layla bukanlah Cinderella. Ia bahkan tak punya sepatu kaca. Jejak kaki telanjangnya bagi lelaki itu telah cukup menampakkan seganap keindahan ragawi yang dimiliki dunia. Tiap jejak perempuan itu seperti selalu terjaga, ia sepertinya begitu khawatir kalau-kalau jejak yang ia tinggalkan menyembunyikan duka bagi yang lain, bagi sekelilingnya. Katanya, dengan jejak itu kita akan menaiki tangga sorga di langit nanti.
Lelaki itu termangu, mengagumi kata-kata Layla.

Matanya, bagi lelaki itu sorot mata Layla memancarkan keteduhan. Sungguh, bola matanya memang teduh. Tapi lelaki itu tak mampu menatapnya berlama-lama.
"Apa yang sedang kau pandangi?" tanya Layla suatu kali.
Lelaki itu tak pernah mengatakan bahwa ia sedang menatap keindahan matanya. Ia selalu menyembunyikan jawabannya. Ia tak pernah sekalipun mengatakan kalau mata Layla itu indah dan ia mencintainya. Sebab ia takut Layla akan berbuat sama seperti yang dilakukan Rabi'ah, wanita sufi yang ia kagumi yang menjadi inspirasinya. "Jika kau terpesona mataku, aku pun tidak keberatan mencongkel mata indah ini untuk kuberikan kepadamu". Sebab, dia tak mau keindahan matanya bisa membuat ia terhalangi untuk mengabdi kepada Tuhan. Dia sudah merasa cukup hanya untuk mencintai Tuhan.

Layla memang akrab dengan malam-malamnya yang sunyi. Perempuan sunyi. Seperti namanya, ia adalah malam. Hanya ditemani bintang dan rembulan, ia sering merajuk mengharap cinta kepada Pemilik Hidup, merayu dan bersimpuh di atas sajadah yang menjadi tempat ia bersujud menundukkan wajahnya, meletakkan keningnya. Di situ pula ia meletakkan semua harapannya, semua keinginannya. "Jika aku beribadah karena takut akan murkanya api neraka, maka bakarlah aku didalamnya, jika aku beribadah karena keindahan surga, maka musnahkanlah aku besertanya. Karena Engkau adalah pemilik raga", ucapnya suatu kali. Persis seperti apa yang di ucapkan si wanita sufi yang ia kagumi yang menjadi inspirasinya.

Barangkali itu yang membuat ia tak mau berharap pada yang lain. Pun kepada lelaki itu. Sebab ia tahu, hanya ada kekecewaan. Ia telah belajar untuk itu, dari orang-orang yang dicintainya yang telah pergi meninggalkannya.
Ketika itu, ia ingin sekali menghapus air mata yang keluar dari mata Layla, mata yang merupakan cermin hati pemiliknya. Mata yang ia cintai dengan hati. Dengan gelisah.

Di malam yang lain. Senyum Layla dari balik wajahnya yang ayu tertutup kerudung coklat menari-nari dimata lelaki itu.
"Terus saja menari". Dia menikmati tarian Layla mengelilingi kelopak matanya, tak mencoba melawan apalagi menepis bayangan senyumnya yang terus menari.
Baginya tarian itu menumbuhkan gairah yang membangunnya menjadi laki-laki.

"Karena aku laki-laki apa aku harus mengucap kata cinta kepadamu?" gumam lelaki itu.
"Kau tahu di mataku. Ada bayangmu menari-nari di sana". Sementara dalam mimpinya, tak pernah ia bertemu gadis secantik itu bak Cinderella, jelita pula, Layla. Tak ada yang tahu lelaki itu sering memimpikannya. Ingin berlama-lama memandangi matanya. Bahkan tak ada yang tahu ia sedang jatuh cinta, pun Layla.

Pernah lelaki itu ingin mengambil mata indah itu dengan paksa dan kemudian menggenggam cintanya. Lantas, apa jadinya kalau mata itu benar-benar ia ambil?!. Masih adakah keindahan dan keteduhan di dalamnya?!. Sementara Layla, perempuan sunyi itu sudah merasa cukup hanya untuk mencintai Tuhan?!
Alasan yang tepat untuk lelaki itu mengurungkan niatnya kemudian pergi meninggalkan Layla, pemilik mata itu. Mata yang bundar bening. Seteduh oase di gurun pasir. Sebening purnama. Mata yang ia cintai.........

20 Jejak Yang Tertinggal:

duniaira.blogspot mengatakan...

Sumpah Ness! baru kali ini tulisanmu kereeennnn!!! dah dig dug hatiku membacanya!
sudahlah...katakan cinta sama sang Layla! sebelum semuanya terlambat! urusan diterima atau di tola urusan ke 113. Yang penting layla tau intamu dalam padanya
Prektiuwwww......
Nesss...LANJUTKAN! aku lah pendukungmu!!!!

gaelby mengatakan...

Imajinasiku mengembara seakan ikut menikmati kesantunan, kecantikan dan kharisma Aura Laila.
So sweet... Indah bnget. Slam sobat :)

catatan kecilku mengatakan...

Hemm.., komentar dari mbak Raa ada benarnya juga tuh..

the others.... mengatakan...

Aku sedang sibuk membayangkan kecantikan Layla dengan matanya yg sangat indah...

yansDalamJeda mengatakan...

Lantas, apa jadinya kalau mata itu benar-benar ia ambil?!. Masih adakah keindahan dan keteduhan di dalamnya?!.

Layla.......pemilik mata itu. Mata yang bundar bening. Seteduh oase di gurun pasir. Sebening purnama. Mata yang ia cintai.........

Terimakasih untuk semua yang telah singgah dan sudi membacanya.

ImRoee mengatakan...

Kenapa Lelaki itu Cuma mencintai Matanya?

ivan kavalera mengatakan...

Bundar nian dan bening matanya. Seperti hatinya. Narasi yang asyik. mantap, mas Yans.

TRIMATRA mengatakan...

penegn ketemu dengan perempuan bernama layla,,,

Latifah hizboel mengatakan...

Layla... keteguhan hatimu terhadap Tuhan, membuat aku terkagum... ingin sepertimu, seperti aku mengagumi Rabi'ah Aladawiyah...

Catatan yang menginspirasi setiap wanita...

ellysuryani mengatakan...

Tulisan indah. Nama Layla, mengingatkan saya pada sesuatu. Bukan Layla Majnun, tapi "Layla Tak Pulang Malam ini".

M. Faizi mengatakan...

Berdasarkan beberapa lagu Arab yang saya perhatikan, orang Arab rupanya selalu menggunakan kata "Laila" untuk mengindikasikan kecantikan

adam mengatakan...

salam kenal..makasih infonya ya....

adam mengatakan...

salam kenal..makasih infonya ya....

De mengatakan...

waaaaah...keren abissssss....
kayak membaca karya khalil gibran. indah. penuh kata2 puitis.
Double Thumb deh buatmu... :D

Husnul Khotimah mengatakan...

oh layla... beruntung sekali kamu ^.^, Indah sangat Indah :)

Dongkrak Antik mengatakan...

salam kenal....blognya bagus ya...mas aku blog baru...mintak bimbingannya ya ...biar blogku kayak pya e mas..tukeran liks ya mas..nanti aku pasang biar aku banyak teman...salam kenal dari dongkrak antik ...kunjung balik ya

sivi mengatakan...

salam kenal

Inuel mengatakan...

aku datang lagi :D, tok tok tok.. kemana orangnya, hehe

bisnis di rumah mengatakan...

matanya bagus banget yah, jadi penasaran pengen liat wajahnya.........

salam kenal.

irwan bajang mengatakan...

lama tak berkunjung... main main baca-baca di sini. asik :)

Posting Komentar

Akhirnya tiba di Ruang Rehat
Ruang bersama untuk saling memberi nafas, dan setiap kata adalah nafas Ruang Jeda